Harga Minyak Jatuh Karena Persediaan AS Naik

Thursday, March 12, 2009 | 10:45 AM|

New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah jatuh pada Rabu waktu setempat, di tengah meningkatnya persediaan minyak mentah di konsumen utama Amerika Serikat dan skeptisme terhadap potensi penurunan produksi lagi oleh para anggota OPEC.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman April, jatuh 3,38 dolar AS dari harga penutupan Selasa menjadi 42,33 dolar AS.

Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk pengiriman April, turun 2,56 dolar AS menjadi mantap pada 41,40 dolar AS per barel.

Departemen Energi AS (DoE), Rabu mengumumkan, persediaan minyak mentah AS meningkat 700.000 barel pada pekan lalu, yang sedikit lebih banyak daripada ekspektasi pasar.

Untuk kali kedua pekan berturut-turut, total stok minyak dan produk minyak telah meningkat, meski impor minyak mentah turun dari 10 juta barel per hari pada Januari menjadi sembilan juta barel pada dua pekan lalu, tulis Nic Brown dari Natixis.

"Impor turun namun di sana tidak ada kekurangan minyak mentah," kata Hussein Allidina dari Morgan Stanley`s.

Departemen energi melaporkan keadaan krusial untuk pasar minyak mentah, karena Amerika Serikat adalah negara konsumen minyak terbesar di dunia.

Sekalipun kilang minyak AS sedang bekerja keras, data DoE yang dirilis Selasa, memproyeksikan rata-rata tahunan konsumsi minyak dunia akan turun hampir 1,4 juta barel per hari pada 2009.

Prospek "bearish" (lesu) mendung lagi oleh keraguan apakah kartel OPEC akan mengumumkan penurunan tajam produksi pada pertemuan mereka akhir pekan.

"Meningkatnya harga minyak mulai menyatakan keretakan dalam keputusan OPEC juga," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.

Menteri Energi Aljazair dan mantan Presiden OPEC Chakib Khelil kepada AFP mengatakan, pasar akan terus merosot jika kartel menahan diri untuk memangkas produksi.

Para menteri Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi 40 persen minyak mentah dunia, akan bertemua pada Minggu di Wina, untuk membicarakan apakah akan memangkas produksinya lagi dalam upaya menopang harga.

"Jika itu tidak dilakukan, harga akan turun dalam kuartal kedua," kata Khelil, menambahkan bahwa pasar masih kelebihan pasok jelang pertemuan OPEC.

Khelil mengatakan ia yakin "mayoritas" dari 12 anggota OPEC mendukung pengurangan produksi yang akan membantu mendukung harga dan pada gilirannya mendorong pedapatan mereka.

OPEC, pada akhir tahun lalu, telah menyepakati penurunan produksi 4,2 juta barel per hari, karena harga minyak jatuh dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barel pada Juli, menyusul krisis ekonomi yang melukai permintaan.

"Sekarang pesan yang keluar dari OPES adalah mixed," kata Victor Shum, kata perusahaan konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura.(*)