Peluncuran buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karya Letnan Jenderal purnawirawan Sintong Panjaitan menimbulkan polemik. Terutama karena buku tersebut mengkritisi dua tokoh penting yakni Wiranto dan Prabowo. Saat keduanya sedang ancang-ancang mencalonkan diri sebagai calon presiden 2009.Buku tersebut di antaranya mengulas suasana tegang dan mencekam di Ibu Kota pada pertengahan Mei 1998. Saat itu hampir semua pejabat teras TNI tidak berada di Jakarta. Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto pergi ke Malang bersama sebagian besar pemimpin TNI.
Hal ini, bagi Sintong yang saat itu menjadi penasihat Wakil Presiden Bidang Pertahanan Keamananan menimbulkan tanda tanya besar. Pertanyaan yang kemudian diramu dalam sebuah buku. Sintong menulis bahwa Wiranto harus memikul tanggung jawab atas kegagalannya menangani kerusuhan Mei 1998.
Sedangkan tentang Prabowo, sintong bertutur soal kedatangan Prabowo ke Istana Negara untuk menemui Presiden B.J. Habibie tak lama setelah dicopot sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Kejadian itulah yang menimbulkan saling tuding antara Prabowo dan Wiranto bahwa masing-masing dari keduanya akan melakukan kudeta.
Prabowo menilai penerbitan buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando itu penuh nuansa politis. Prabowo bahkan berencana menerbitkan buku lain dalam versi yang berbeda. "Orang punya versi lain-lain. Mungkin salah paham salah persepsi," tambah Prabowo.
Kubu Wiranto tak kalah suara. Fuad Bawazier, Ketua DPP Partai Hanura, bahkan menilai buku tersebut sebagai buku bayaran untuk menjegal Wiranto yang diusung partainya. "Timingnya dikeluarkan menjelang Pemilu," jelas Fuad Bawazier.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)
Hal ini, bagi Sintong yang saat itu menjadi penasihat Wakil Presiden Bidang Pertahanan Keamananan menimbulkan tanda tanya besar. Pertanyaan yang kemudian diramu dalam sebuah buku. Sintong menulis bahwa Wiranto harus memikul tanggung jawab atas kegagalannya menangani kerusuhan Mei 1998.
Sedangkan tentang Prabowo, sintong bertutur soal kedatangan Prabowo ke Istana Negara untuk menemui Presiden B.J. Habibie tak lama setelah dicopot sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Kejadian itulah yang menimbulkan saling tuding antara Prabowo dan Wiranto bahwa masing-masing dari keduanya akan melakukan kudeta.
Prabowo menilai penerbitan buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando itu penuh nuansa politis. Prabowo bahkan berencana menerbitkan buku lain dalam versi yang berbeda. "Orang punya versi lain-lain. Mungkin salah paham salah persepsi," tambah Prabowo.
Kubu Wiranto tak kalah suara. Fuad Bawazier, Ketua DPP Partai Hanura, bahkan menilai buku tersebut sebagai buku bayaran untuk menjegal Wiranto yang diusung partainya. "Timingnya dikeluarkan menjelang Pemilu," jelas Fuad Bawazier.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)
0 comments:
Post a Comment